"JIWA RAGAKU DEMI KEMANUSIAN"

Jumat, 05 Februari 2010

Mobile Brigade Polisi (MOBRIG)


Sejarah terbentuknya Mobrig dan perjuangannya dalam mempertahankan NKRI, mempertahankan Institusi Polri dalam wadah tersendiri, perubahan nama Mobrig menjadi Brimob serta Anugerah Pemerintah terhadap jasa Brimob.

          TERBENTUKNYA MOBRIG
Tahun 1944 disaat pemerintahan Jepang berdiri suatu pasukan TOKUBETSU KEISSATSU TAI, pasukan tersebut dilatih oleh tentara Jepang yang nantinya akan disiapkan digaris depan untuk menghadapi musuh. Pada awal bulan Juli 1945 Tokubetsu Kaissatsu Tai di Surabaya dibentuk dan sebagai Komandan HITO KAIBU SOERATMIN ;  setelah Jepang dinyatakan kalah. Namun Tokubetsu Keissatsu Tai diganti dengan Polisi Istimewa. Dengan adanya bermacam-macam bentuk Polisi, maka oleh pusat Polisi yang waktu itu berkedudukan di Purwokerto Jawa Tengah telah dirumuskan suatu bentuk Polisi Perjuangan Indonesia ( oleh Bapak  R. Sumarto ).

Terlaksanalah pada tanggal 14 Nopember 1946 pasukan Polisi Perjuangan menjadi Mobil Brigade Polisi. Berdasarkan Surat Perintah Kepala Muda Kepolisian No.Pol. : 126/78/91, sejak tanggal 14 Nopember 1946 disatukan dan diberi nama “ MOBILE BRIGADE POLISI “ (MOBRIG). Penggunaan Mobile Brigade (R. Sumarto) jika Mobile Brigade perlu digunakan harus diatur yang rapi lebih dahulu, jangan kelihatan pasukan tidak teratur. Mobile Brigade senantiasa harus bergerak dalam gerombolan yang agak besar, jika bergerak di salah satu tempat, maka tidak boleh tinggal lebih lama di tempat itu dari seperlunya. Mobile Brigade tak boleh dipergunakan perkara – perkara yang kecil, hal ini harus dilaksanakan oleh Polisi Biasa. Jika Mobile Brigade bersikap tegas dan dengan bijaksana mungkin dengan menunjukkan dirinya, Pokok maksud telah dapat tercapai dengan tidak melepaskan sebutir peluru.



PERANAN MOBRIG/ POLRI DALAM PERJUANGAN MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN INDONESIA
Menghadapi agresi militer Belanda I tanggal 21 Juli 1947.

ü    Kedatangan sekutu semula disambut dengan sikap terbuka oleh   pihak Indonesia.
ü    Kedatangan pasukan sekutu diboncengi tentara Nica yang hendak menegakkan kembali kekuasaan.
ü    Situasi kemudian semakin  cepat menjadi buruk  terutama setelah Nica mempersenjatai kembali orang – orang Belanda yang ditawan Jepang.
ü    Kelicikan Belanda mengakibatkan perasaan anti Belanda, sehingga pertempuran dengan Belanda semakin meluas terjadi di Sumatera dan Jawa.


Agresi Militer Belanda II

ü    Perjanjian Renville ternyata tidak mampu mengakhiri konflik  Indonesia – Belanda.
ü    Tentaa Belanda tidak mengakui dan tidak terikat.
ü    Tanggal 19 Desember 1948 tentara Belanda menyerbu Republik Indonesia yang memulai menduduki Ibu Kota Yogjakarta.
ü    Presiden dan Wakil Presiden serta pejabat tinggi pemerintah ditangkap dan diasingkan di Bangka.


Penumpasan APRA

ü    Oktober tahun 1949 Jaksa Agung Negara Indonesia Timur SEU   MOKILmenjatuhkan hukuman tembak  R.W. Monginsidi seorang pejuang Sulawesi Selatan.
ü    Kapten Raymond Westerling bekas tentara Knil menerapkan metode Bumi Hangus hingga ribuan penduduk yang tidak berdosa dibantai (tanggal 23 Januari 1946).
ü    Mobrig mengirim pasukan yang dipimpin KP Tk. I Soetjipto Joedodihardjo.


Penumpasan Pemberontak PRRI

ü    Pemberontakan ini diawali dengan adanya Dewan Banteng di Sumatera Barat dipimpin oleh Letkol Ahmad Husein, Dewan Gajah di Sumatera Utara dipimpin oleh Kolonel  M. Simbolon dan Dewan Garuda dipimpin oleh Mayor  Nawawi.
ü    Dalam gerakan ini PRRI berusaha menarik simpati luar negeri dan bantuan pertama kali dari Amerika sebesar US $ 50.000 dan 8000 pucuk senjata api.
ü    Untuk menghadapi pemberontakan PRRI diadakan opsi tiga Kompi  5995 dilibatkan langsung dipimpin oleh AKP Anton Sudjarwo di Prapat dan Bengkalis, Peleton I dipimpin AIPTU Joko Suwarno, Peleton II dipimpin oleh AIPTU Djoko Wagono, Peleton III dipimpin AIPDA Nazarudin.
           
Hasil yang dicapai :

ü    Menembak mati pimpinan pemberontak di Markas CENGAR  Pekanbaru beserta 6 orang anggota.    
ü    Merampas senjata api.
ü    Merampas dokumen perang PRRI.


Penumpasan Pemberontak PKI Madiun.

Agustus 1948 tokoh PKI Muso datang ke Indonesia lagi, menyusun Struktur Organisasi PKI, dengan sekretaris pertahanan Amir Syarifudin, yang mendapat dukungan dari Brigade 29 yang dipimpin Kolonel Dahlan, yang memproklamirkan berdirinya Republik Sovyet Indonesia.

Dalam penumpasan PKI  Muso yang ditugaskan :
ü    Tentara dari Jawa Tengah dipimpin Kolonel Gatot Subroto.
ü    Tentara dari Jawa Timur dipimpin oleh Kolonel Sungkono.
ü    M B K  Surabaya
ü    M B B Jawa Tengah
ü    M B B Jawa Timur dipimpin oleh KP.I  M. Yasin.

Para Pimpinan  Mobrig dalam penumpasan PKI Madiun :
ü    KP.I.    M. Yasin                                            : Pimpinan Operasi
ü    KP.II    Soetjipto Joedodihardjo                 : Pengendali Operasi
ü    IP. I.     Soetjipto Danoe Koesumo            : Dan Ops
ü    PIP.I    Imam Bachri                                     : Dan Yon
ü    PIP.I     Abd. Rahman.                                : Wadan Yon.

Para Komandan Kompi :
ü    PIP. II.   Sutopo                                             : MBK  Suabaya
ü    PIP. II.   Yusuf Jayengrono                                    : MBK  Surabaya     
ü    PIP. II.    Kusnadi                                         : MBK  Surabaya
ü    PIP. II.    Sukadi                                            : MBB  Jawa Timur
ü    PIP. II.    Wirato                                             : MBB  Jawa Timur


Pada tanggal 18 September 1948 keadaan Madiun kacau, Kapolwil Madiun KP.I. R. Sunaryo Tirtodiprojo, pukul 06.45 sudah di kantor, beliau mengatakan kepada Dan Jaga  AP.I Tukiman bahwa saya akan ke KOREM untuk mendesak DANREM Letkol Sumantri agar secepatnya mengerahkan anak buahnya untuk membantu. Setelah ditemui ternyata bukan Dan Rem tapi orang tidak dikenal, sedangkan Dan Rem Letkol Sumantri sudah ditangkap oleh PKI dirumahnya. Dalam pertemuan tersebut Kapolwil Madiun Sunaryo ditangkap dan ditahan di P.G. Rejo Agung.

Tanggal 18 September 1948 Asrama Brimob Kletak  Madiun sudah dikepung, Dan Ki  IP.I  R. Suparto dengan kekuatan satu Peleton mempertahankan markas Kletak dan terjadi pertempuran, karena kekuatan tidak imbang akhirnya asrama Kletak dikuasai PKI. Untuk mengelabui lawan IP.I Suparto menggunakann pakaian anggota, dan semua ditangkap dan ditahan di P.G. Rejo Agung.

Tanggal 25 September 1948 malam hari KP.I.  R. Sunaryo Kapolwil Madiun, KP.II  Subiyanto mantan Kapolwil Madiun, KP.II Sudarman Kapolresta Madiun, IP.I. Danu Kabag PAM, IP.I. Suparbak Kabag Intel, IP.II  Subarjo Wakil MBK Madiun, AIP.I  Gunung Ismail ditangkap dan ditahan di P.G. Rejo Agung.

Dalam peristiwa PKI Madiun ada 94 anggota Polisi yang ditahan di Gorang Gareng ( P.G. Rejosari ) tinggal 14 orang yang hidup (Saksi hidup IP. Suwarjan) Kapolsek IP.II. Duryat, Kapolres Madiun IP.I  R. Ismiyati dibunuh dan dimasukkan sumur dengan 14 orang tersebut.

Tanggal 25 September 1948 pukul 15.00 Yon Mobrig dari Nganjuk menuju Madiun, tanggal 27 September 1948 pukul 01.00  2 orang anggota Kompi Kusnadi  di desa Awar Awar kena tusukan bambu runcing dan pukul 14.00  Saradan diduduki Mobrig . Karena di Caruban dijadikan salah satu tameng PKI/ PDR, dengan semangat tinggi Mobrig pertempuran sengit di Caruban memakan waktu 6 jam, pada pukul 15.00 Caruban dapat dikuasai  pemerintah Indonesia dan dalam pertempuran tersebut anggota Mobrig yang gugur KP. BD. Matali, AP.II  Markaban,  AP.I. Muryanto.

Tanggal 31 September 1948 mendapat perintah untuk menyerbu Madiun pukul 14.00 masuk Madiun dan pukul 17.00 Madiun dapat dikuasai sepenuhnya termasuk Dan Mobrig Dan Ki Madiun IP.I R. Suparto dapat diselamatkan, kemudian PKI lari ke Ponorogo, tepat hari Jumat Wage tanggal 8 Oktober 1948 pukul 03.00 PKI menyerang Ponorogo, pukul 17.00 PKI meninggalkan Ponorogo dan Ponorogo dapat dipertahankan.
Setelah sampai di desa Balong pasukan Mobrig diaplos pasukan Siliwangi. Sedangkan rombongan Amir Syarifudin bergerak ke arah utara melintasi jalan raya Ngawi Solo, mereka mencegat atau menghadang Ketua DPA SURYO, mantan gubernur Jatim, Kepala Penilik Kepolisian Jatim Kombes Pol.  M. DURYAT Kapolwil Bojonegoro Kompol R. SUROKO pulang dari pekerjaan dinas ke Jogyakarta. Para pejabat tersebut disiksa di hutan jati kemudian dibunuh secara sadis di dukuh Bogo desa Palang Lor  Kecamatan Gedung Galar  Kabupaten Ngawi, sedangkan pasukan Mobrig ditarik ke Madiun.

Hari minggu tanggal 31 Oktober 1948 pukul 08.00  Muso lewat di depan Balai Pengobatan Balong, karena gerak geriknya mencurigakan, ia diminta behenti dan diperiksa Agen Polisi REJO dan SUWARNO; barang bawaan yang dibungkus dengan sarung digeledah Suwarno dan Agen Polisi Rejo  menanyakan surat-surat, belum selesai membaca surat, tiba-tiba  Muso merebut sarung dari tangan Suwarno, AP. Rejo ditembak bagian mulutnya dan Muso melarikan diri dan dari arah berlawanan muncul kendaraan berisi tentara, atas petunjuk  massa tentara mengejar Muso, terjadi tembak-menembak dan akhirnya Muso tertembak mati di dekat sumur H. Suhud desa Semanding Ponorogo.


Operasi TRIKORA

Dalam KMB di Den Hag, tanggal 27 Desember 1949 menegaskan bahwa bekas jajahan Belanda diserahkan kepada pemerintah Republik Indonesia. Pada tanggal 19 Desember 1961 di Jogyakarta diselenggarakan rapat raksasa dalam rangka pembebasan Irian Barat dari Belanda. Dalam rapat tersebut Presiden R.I.  Ir. Sukarno mengeluarkan perintah : TRI KORA yang isinya :

a.         Gagalkan pembentukan negara Boneka Papua bantuan Belanda.
b.         Kibarkan Sang Merah Putih di Irian Barat sebagai tanah air Indonesia.
c.         Bersiaplah mobilitas umum untuk mempertahankan kemerdekaan dan kesatuan tanah air Indonesia.

Pada tanggal 2 Juni 1962 RTP  I  Pelopor yang dipimpin Kompol I Sutrasno diberangkatkan dari Jakarta langsung ke pelabuhan Makasar menempati Posko Brimob di P. Gorom. Pada tanggal 4 April 1962 Peleton I Kompi A Pelopor yang dipimpin AIP I  Hudaya Sumarya dalam perjalanan kurang lebih 40 mil tim/ rombongan mendapat serangan badai yang dasyat, sehingga pendaratan tim ke Irian gagal. Pada bulan Mei 1962 team yang dipimpin AIP.II  Sumarno kurang lebih 2 mil masuk Fak-Fak tertangkap dan tertawan lawan. Pada tanggal 7 Agustus 1962 Kompi A yang dipimpin AIP.I Hudaya Sumarya yang bergabung dengan Satuan Garuda Merah dipimpin Letkol Witarmin melaksanakan operasi. Pasukan Pelopor pimpinan AIP.I  Hudaya Sumarya yang telah teruji tersebut mendapat serangan dan terjadi kontak senjata dengan Marinir Belanda. Anggota Pelopor selamat semua, dari pihak Belanda 9 orang mati tertembak termasuk Komandan Patroli yang lain melarikan diri. Pada tanggal 17 Agustus 1962 Satuan Pelopor berhasil mengibarkan bendera Merah Putih yang pertama kali di Rumbati, Fak-Fak Irian Barat bertepatan dengan peringatan HUT R.I. Tanggal 1 Maret 1963 serah terima kekuasaan Irian Barat dari UNTEA kepada Pemerintah R.I.




TERBENTUKNYA SEKOLAH PELOPOR

Pada kepemimpinan SPMB  R. Soeparto memilih tenaga-tenaga Instruktur yang berkwalitas seperti Ranger luar negeri untuk disekolahkan di Philipina dan Jepang ( Okinawa ) yang tenaga Instrukturnya semua dari Amerika. Pada tahun 1955 – 1956 terpilih dari hasil seleksi adalah IPTU R,. Sutrasno, IPTU Anag Tanuwijaya, AIPTU Andi Abdul Rahman dan dari luar SPMB  IPTU  R. Soehari, IPTU K.E. Loemy, IPTU Wongso Dipuro dan IPTU Sudiyatmo, selama l (satu) tahun belajar bermanfaat untuk pengembangan SPMB untuk pembentukan Ranger Indonesia. Untuk pembentukan Ranger yang disiapkan untuk melatih 15 orang Agen Polisi hasil seleksi lulusan SPN Sukabumi AP.II. Syakir dkk. Dan dari 15 orang lulus Ranger ini ditambah dengan 8 orang yaitu IPTU Soedarmadji, AIP.II  Miswan dkk. diberangkatkan pendidikan di Okinawa. Dengan sudah lengkapnya personil SPMB yang sudah mempunyai kemampuan Ranger, maka awal tahun 1959 disibukkan pendidikan Ranger. Pada tanggal 4 September terbentuk Kompi Ranger pertama dengan sebutan Kompi 5994.




KAPOLRI MENOLAK UNTUK DIGABUNGKAN KE AP (ABRI)

Ada upaya untuk memasukkan Institusi Polri masuk bagian dari Angkatan Perang, mulailah Jenderal A.H. Nasution hadir/ datang di SPMB, kunjungan/ kedatangannya tersebut dalam acara penyematan militerisasi; terhadap perwakilan anggota SPMB AKBP Daryono Warsito, dari awal Kapolri R.S. Soekanto ; menolak hal itu, maka pada saat kunjungan dan penyematan militerisasi di SPMB tidak hadir, termasuk Ka SPMB juga tidak mendampingi. R. Soekanto Tjokro Diatmodjo dan Ka SPMB tidak setuju, maka pada saat penyematan militerisasi kepada AKBP Daryono Warsito oleh Jenderal A.H. Nasution,  Kapolri dan Ka SPMB tidak hadir.

Pada tanggal 26 Agustus 1959 dapat Surat Edaran Menteri pertama nomor : 1/ MP/RI.1959 sebutan KKN diubah menjadi Menteri Muda Kepolisian. Presiden Soekarno mengatakan akan membentuk ABRI yang terdiri dari Angkatan Perang dan Angkatan Kepolisian, maka R.S. Soekanto menyampaikan keberatannya dengan alasan untuk menjaga profesionalisme Kepolisian. Dan apabila Presiden tetap memaksakan gagasan itu, maka R.S. Soekanto menyatakan “ PENGABDIANNYA SAMPAI DISINI SAJA “  Hal ini dibuktikan pada tanggal 15 Desember 1959 R.S. Soekanto mengundurkan diri dari Kapolri/ Menteri Muda Kepolisian.




PERUBAHAN NAMA MOBRIG MENJADI BRIMOB

Berdasarkan order KKN yang Mulia Menteri KKN No.Pol. :23 / 1961 tanggal 12 Agustus 1961 Hari Ulang Tahun Mobrig adalah HUT ke 16 dan nama Mobrig berubah menjadi BRIMOB. Pada Peringatan HUT Brimob tanggal 14  Desember 1961 di Senayan Jakarta Irup Presiden R.I.Soekarno dan sebagai Dan Up R. Sumirat (Komandan SPMB ) , dengan Keputusan Presiden  R.I. nomor 791/1961, Satuan Brimob mendapat Anugerah “Nugraha Cakanti Yana Utama” dari Pemerintah R.I. karena pengabdiannya dan kesetiaannya kepada Negara Kesatuan R.I.

2 komentar:

  1. perubahan nama itu bukan di senayan bang, yg bener di lapangan banteng..... ok bro??? BRIGADE!!!

    BalasHapus
  2. Ayah saya x pertama adalah anggota Polisi adalah anggota mobrig bernama Wilardhi menurut cerita beliau masuk polisi masih jaman penjajahan Jepang.adik ayah saya adalah polisi juga bernama Joesoef Djajengrono (brimob) dlm sejaranh brimob tertulis sejarahnya di surabaya, namun saya bertanya utk sejarah MBB di Jateng sejarah brimob blm saya ketemukan..menurut cerita ayah saya Wilardhi tsb yg ditunjuk mimpin MBB jateng wktu itu mungkin saat clas 1 th 1947 / 1948 clas 2 ( saya cari sejarah brimob di jateng tdk ketemu)

    BalasHapus